Mengenal Pimpinan LDII Jember, Drs Sunardi MT
Dari
Penasaran, Dipilih Jadi Juru Pencerahan
Perkembangan Ormas(Organisasi Massa) Lembaga Dakwah
Islam Indonesia (LDII) Jember terbilang cukup maju. Itu tak lepas dari semangat
pengurusnya untuk berdakwah, termasuk yang dipelopori Drs Sunardi MT, seorang
guru SMK yang kini mengemban tugas ketua DPD LDII Jember.
SHODIQ SYARIEF, Jember
Nama Ormas LDII atau kerap disebut LDI (Lembaga
Dakwah Islam) sudah cukup kondang di Jember dan sekitarnya. Dengan jumlah jamaah
yang mencapai 30 ribu lebih, LDII Jember kini telah memiliki kegiatan rutin,
baik yang diakukan DPD(kabupaten), DPC(kecamatan), maupun PAC(kelurahan/desa).
Bahkan di berbagai ormas ini telah membangun masjid maupun pusat kegiatan
social lainnya untuk aktivitas dakwahnya, terutama pendalam Alquran maupun
kitab kuning lainnya.
Adalah Ustad Drs Sunardi, MT, salah seorang tokoh LDI
di Jember yang ikut membesarkan ormas keagamaan yang berkiprah bidang
pendidikan dakwah tersebut. Pria kelahiran Kebonsari, Madiun, 2 Desember 1946
ini, termasuk sosok yang rajin, dan sekaaligus bertanggung jawab atas
kelangsungan organisasi ini.
Betapa tidak, dia telah dipilih dalam musyawarah
daerah untuk memimpin ormas yang beranggotakan sekitar 35 ribu jamaah tersebut.
Di kalangan guru, Sunardi bukan asing lagi. Selain penampilannya yang
kalem dan sederhana, ayah dua anak ini juga dikenal familiar dengan siapa saja
yang dikenalnya. Apalagi dia dikenal sebagai guru senior di sebuah SMK negeri
berbasis pertanian tersebut. “Sebenarnya masih banyak yang layak memimpin LDI,
namun kali ini saya yang diamanahi,” tuturnya rendah.
Tentang organisasi yang digeluti sejak kuliah ini,
Sunardi mengaku baru mengenalnya ketika kuliah di IKIP Jogjakarta pertengahan
ntahun 1980-an itu. Dia sendiri sebenarnya dibesarkan dari keluarga Nahdliyin,
yang akrab dengan dunia pesantren. Bahkan ayahnya, H. Adurrahman (Alm), juga
termasuk ulama yang disegani di kampungnya, Kebonsari, Madiun.
Ketertarikan kepada LDI, lantaran penasaran,
organisasi Islam itu kerap dicibir dan menjadi rasan-rasan banyak orang,
terutama dibagian kalangan muslim sendiri. Yakni, LDI dianggap sebagai kelompok
Islam yang “Tak Sejalan” dengan umumnya Ormas Islam, khususnya seperti NU Dan
Muhammadiyah. “Saya heran, apanya yang slah dari LDI. Lha wong cara ubudiyah dan muamalah sehari-harinya tak beda dengan
ormas Islam yang lain,” imbuhnya.
Setelah mengam,ati dan merasakan ajaran yang
didakwahkan, kata anak ke Sembilan dari kesebelas bersaudara ini, dirinya
semakin tertarik untuk berdakwah di LDI. Dari pengajian yang diajarkan dari
para guru LDI ini pula, Sunardi mengaku banyak pengetahuan, amalan, dan
nilai-nilai Islam yang menempa kadar keimanannya. Apalagi di organisasi yang
digeluti tersebut, Sunardi merasakan banyak “barokah”.
Yang jelas, hingga usia yang hampir berkepala enam
ini, dia tak menemukan ajaran LDI yang dicibir sebagian orang seperti yang
didengar sejak masa kuliah lalu. Malah yang ditemukan didalamnya, organisasi
yang dikenal dekat dengan Golkar itu, banyak melakukan aktivitas dakwah dan
sosial seperti umumnya ormasi Islam. Terutama kesadaran bersosial dan membantu
sesama untuk mengamalkan ajaran agama.
Di Jember sendiri, kata alumnus IKIP dan UGM
Jogjakarta ini, LDI telah memiliki berbagai kegiatan sosial dan dakwah, baik
yang dilakukan oleh pengurus DPD, Cabang, dan Anak Cabang untuk tingkat Desa
dan Kelurahan. Mereka melakukan kegiatan rutin membina masyarakat untuk
mendalami dan mengamalkan isi Alquran, serta mengkaji kitab –kitab kuning
secara sederhana. “Iistalahnya kami belajar mengaji Alquran dan kitab kunig
secara ‘bermakna’,” tuturnya.
Menariknya, kata dia, pengajian itu dilakukan secara
istikamah tanpa mengenal libur, apalagi berhenti di tengah jalan. Kegiatan itu
ada yang berlangsung dua kali atau tiga kali seminggu, di masing-masing
majelis. Mereka dibina oleh sejumlah ustad yang di panggil dengan istilah
mubaligh atau mubalighoh. Bahkan dalam kurun tertentu, kegiatan mereka diisi
oleh mubalig/ mubalighoh dari berbagai daerah lain.
Karena organisasi ini bersekala nasional, maka banyak
aktivitas dakwah yang melibatkan para aktivis(mubalig/ mubalighoh) dari
berbagai penjuru tanah air. Namun yang tak pernah sepi adalah kiriman dari
tetangga guru ngaji npusat, Wali Barokah, Kediri. Yang jumlahnya mencapai puluhan
hingga ratusan orang per bulan. “Kami sendiri mampu meluluskan sekitar 50
santri setiap bulan,” jelas Nardi, didampingi Abdul Malik, sekertaris DPD LDII
Jember.
Menurut Sunardi, dalam kegiatan dakwahnya jamaah LDI
mengenal doktrin “Enam Gerakan Tabi’at Rukun”. Yakni, Persaudaraan, Kompak,
Kerjasama, Jujur, Amanah, Mujhid dan Muzid(kerja keras dan hidup hemat). Dengan
keenam gerakan itulah, kata Sunardi, kehidupan diorganisasinya nyaris tak
pernah menimbulkan kecemburuan sosial antarsesama anggota.
Bagaimana dengan rumor bahwa saat lima waktu anggota
LDII “kurang berkenan” di ikuti warga muslim yang lain. Atau jika ada kelompok
lain masuk masjid dan salat didalamnya, lalu buru-buru dibersihkan bekas
sujudnya? Baik Sunardi maupun Maliki malah tertawa keheranan. “itu rumor yang
sama sekali tidak benar. Silahkan ikut berjamaah di masjid atau musala LDI.
Nanti akan tahu sendiri. Dulu saya juga mengira begitu,” ujar Malik, sekertaris
DPD LDII Jember.
Tentang kedekatannya dengan Partai Golkar? Kedua pimpinan
teras LDII Jember itu memang tidak membantahnya. Sebab, sejak awal berdirinya
pertengahan tahun 1960-an lalu, hubungan LDII dengan Golkar cukup dekat. Meski
demikian, dalam misi dakwahnya, kata dia, LDII tidak mengenal golongan politik
maupun nonpolitik.
Nama LDII itu sendiri, lanjut Sunardi, atas saran
Mendagri Rudini agar tidak sama dengan Lemkari(Lembaga Karatedo Republik
Indonesia). Sebelumnya, LDII juga bernama Lemkari(Lembaga Karyawan Islam),
salah satu sayap Golkar dalam mewadahi kelompok muslim, selain Majelis Dakwah
Islam(MDI).
Dia bersyukur perkembangan LDi di Jember(juga daerah
lain) kian bisa diterima moleh oleh warga masyarakat, termasuk sesama muslim.
Bahkan di Jember, lanjut dia, untuk momentum-momentum tertentu memandang tokoh
NU, Muhammadiyah, dan Kemenag untuk mengisi ceramah agama. “Gus Aab (ketua PCNU
Jember, Kh Abdullah Syamsul Arifin, red), dan Ustad H Fachrurozi (kepala
Kemenag Jember, red) juga sering mengisi acara kami,” jelasnya. (cl/hdi)
Sumber : JP-RJ-Jum’at 25 Agustus 2017
Di tulis ulang oleh: (AF)
Komentar
Posting Komentar