Khilma Anis Wahidah, Kepala Sekolah Desa Yang Hobi Menulis



Tutupi Kekurangan, Padukan Kehidupan Pesantren dan Adat Jawa

Terlahir dan besar dikalangan pesantren, tidak membuat seseorang menjadi minim prestasi. Seperti Khilma Wahidah. Kepala Sekolah MA Annur, Kesilir Wuluhan ini berhasil menelurkan banyak buku, terutama yang menggabungkan adat Jawa dengan kehidupan Pesantren yang kini sedang best seller.


RANGGA MAHARDIKA, Jember

AWAL nula menjadi seorang penulis sebenarnya bias dikatakan keterpaksaan saja bagi Khilma Anis Wahidah. Karena sejak kecil dibesarkan di Pondok Pesantren Annur di Dusun Tegal Banteng, Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, maka waktu lebih banyak dihabiskan untuki mempelajari ilmu agama. Hal ini berlangsung hingga dia lulus dri MTs Al Amien Ambulu.

Kehidupannya kini harus berubah saat dirinya pindah dan belajar di MAN dan Pondok Pesantren Assadiyah Bahrul Ulum, Tambakberas Jombang.

“Ternyata disana berbagai kegiatan ekstrakulikuler sangat maju,” tuturnya. Merasa berasal dari sekolah dan pondok desa, dia agak minder untuk mengikuti kegiatan kegiatan seperti Pramuka, PMR, Pecinta Alam dan ekstrakulikuler yang lainnya. Apalagi, dirinya termasuk sosok pemalu saat itu.

Namun bukan berarti dia menyerah. Merasa tidak punya kelebihan, akhirnya dirinya menyibukkan diri dengan membaca di perpustakaan sekolah. Akhirnya disinilah dia menemukan passion dan kemudian mencoba untuk ikut menulis. Khilma Anis Wahdiah pun merasa menemukan bakat yang cocok dengan kekurangannya.

“Kekurangan ini malah yang jadi kelebihan. Akhirnya masuk ke ekstrakurikuler majalah,” terang putrid sulung dari lima bersaudara pasangan lukman Yasir dan Sri Winarni ini. Dirinya pun berhasil mengembangakan bakat minat disana dan menjadi pimred majalah dari pondoknya.

Bakat menulis istri Chazal Mazda Choiruuzyad ini semakin moncer saat mondok di Gedung Putih Ali Maksum, Krapyak, Jogjakarta. Dirinya juga ikut Lembaga Pers Mahasiswa Arena saat dirinya kuliah Jurusan Komunikasi Penyiaran di IAIN Jogjakarta. Lagi-lagi, dirinya merasa pemalu untuk jadi reporter. “Sehingga lebih memperdalam membaca membaca dan menulis, utamanya memahami sastra Jawa,” tuturnya.

Ibu dar Nawaf Mazaya dan Rasyid Nibras ini pun mulai sering menulis dan mengirimkan ke sejumlah media massa. Dan tulisan-tulisannya sering termuat disana. Hingga puncak dirinya menulis cerpen di majalah kampusnya. “Masih ingat dulu judulnya: Karena Rindu Tak Pandai Bercerita,” ucapnya mengingat cerpen yang menjadi jalannya untuk terus produktif menulis ini.

Saat itu kebetulan ada alumni kampusnya yang memiliki usaha penerbitan di Jogjakarta. Dirinya pun diajak bekerja sama nkarena dianggap tulisan cerpennya bagus. “saat itu di-deadline dua bulan nuntuk menulis novel. Dan saya mengiyakan saja,” tuturnya.

Usai mengiyakn inilah, dirinya kelabakan bahkan sampai mmenangis. Karena merasa tugas itu sangat berat. Namun, setelah berkonsultasi dengan orang tuanya, dirinya disemangati untuk berani dan pasti bisa.

“Ayah memang nggak pernah mendorong anaknya mau apa. Tapi jika berbakat pasti didukung,” jelasnya. Termasuk dibelikan laptop pertamanya untuk mengharap novel pertamanya. Dirinya bahkan sering.

Setelah kelar, draft novel pertamanya yang berjudul : Jadilah Purnamaku inipun diserahkan ke penerbit. “Saat itu, tidak ada editing atau revisi. Langsung dicetak,” ucapnya, mengingat memori tahun 2008 silam ini.

Khilma Anis Wahidah masih ingat novel tersebut bercerita dilemma tentang perempuan yang tinggal dipesantren dan nharus mengikuti adat Jawa Kraton. Perempuan ini berusaha untuk memadukan dua budaya yang bertolak belakang itu.

“Terlihat ada jurang pemisah. Namun sebenarnya jika ditelah lebih dalam filosofinya sama-sama bagus untuk kehidupan,” terangnya.

Novel ini bahkan masih laris hingga saat ini, terutama di era belanja online saat ini. Bahkan, kini sudah memasuki cetakan ke tiga. Selain itu juga ada sejumlah buku sahabat kedua dan ngaji fiksi yang menjadi karyanya.

Padahal, dirinya juga disibukan menjadi guru dan kepala sekolah pelaksana di lembaganya dirumah. Bukan hanya itu, juga sebagai ibu rumah tangga namun tetap produktif menulis. “Karena saya menganut makna Jawa yang artinya jangan mati tanpa meninggalkan nama. Buku ini yang menjadi karya saya,” jelasnya.

Oleh karena itu, dirinya berhasil memisahkan agar memiliki waktu untuk terus menulis dan membuat buku berikutnya yang berjudul : Wigati, ini bercerita tentang pesantren dan seni Jawa. Lebih kearah keris,” tuturnya. Dirinya mengaku, untuk buku terakhirnya ini rencananya akan dipasarkan secara online. “Karena dengan online lebih laris. Waktu juga lebih fleksibel,” tuturnya sembari tersenyum.(hdi)
Sumber : JP-RJ- Kamis 24 Agustus 2017
Ditulis ulang oleh : (AF)

Komentar

  1. Kalo beli novel nya dimana yaa

    BalasHapus
  2. Cerbung Hati Suhitax bagus,novelty apa sdh terbit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran sdh terbit mbak? Sy pesan ke akun facebook Toko Buku 196 kok belum ada katanya.. pdhl sdh PO dan trf uang dari pertengahan Maret. Mgknkah sy bs dpt info apakah akun fb tsb benar ada?

      Hapus
  3. Hati Sugita bagus terutama pesan moral dan paduan jawa-pesantren yang kental.
    Jika sudah dijadikan novel tolong dipublikasikan via media massa.aku tertarik membelinya.

    BalasHapus
  4. Hati Sugita kapan kelanjutan nya

    BalasHapus
  5. Mbak Khilma nih banyak teman yang menunggu ending cerita "Hati Sugita" Lo.

    BalasHapus
  6. Tolong dong infonya... Terjual di toko mana aja? Saya deket dengan warna Agung atau Gramedia Jakarta timur. Kalo boleh infonya. Aku Mauuuuu banget. Apa lagi sepupuku lg hamil. Sudah. Menanti ampek berbulan bulan😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. toko mayza punya khilma anis.coba lihat ig nya khilma anis

      Hapus
  7. Yang mau beli novel hati suhita bisa langsung hubungi no WA : +62 856 3197 715

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa belum tersedia di toko2 buku seperti Gramedia ya kak?

      Hapus
  8. Beli novelx d mn dn brp hargx

    BalasHapus
  9. Hati suhita apa udah trsedia di gramedia sy udah nunggu2 ni

    BalasHapus
  10. Saya sudah baca novel mbak tentang suhita mantap mbak...tpi ending nya kurang panjang...semoga ada jilid 2 nya.hahahah

    BalasHapus
  11. teman saya dulu waktu masih mengaji di ponpes al amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer