Dua Mahasiswi Peraih IP Tertinggi di Politeknik Negeri Jember
Sering Minum Air Basuhan Kaki Ibu
Selain kerja keras, restu orang tua
menjadi kunci kesuksessan anak dalam menjalani hidup. Mahasiswi Prodi Produksi
Ternak Jurusan Peternakan Polijeini membuktikannya, dia terbiasah membasuh kaki
sang ibu, lalu meminum airnya.
BAGUS SUPRIADI,Jember
SETIAP pulang ke rumahnya di
Kecamatan Besuki, Kabuppaten Situbondo, kemudian hendak kembali ke jember, Novy
Ikasari tak pernah lupa membasuh kaki ibunya. Air basuhan itu di tempatkan pada
wadah khusus, kemudian diminumnya.
Novi tak merasa jijik meskipun air
yang diminumnya bekas basuhan kaki. Justru dia meyakini, bahwa ada energy kuat
dari air putih tersebut, yakni doa dan restu orang tua. “Itu biasa saya saya lakukan sejak SMA sampai
sekarang,” Katanya pada jawa pos Radar Jember.
Tradisi meminum air basuhan orang tua
sudah dilkukan turun temurun dalam keluarga Novi. Kegiatan itu dilakukan karena
percaya bisa meraih sukses melalui restru orang tua. Tampanya, sulit mewujudkan
cita-cita.
Novi
mampu membuktikan kekuatan doa dan restu orang tua.Misal, sejak dibangku SMA,
perempuan kelahiran 6 November 1999 itu meraih prestasi yang cukup unggul di
sekolahnya. Bahkan sekarang merah IP tertinggi dengan nilai 3.92 sehingga
menjadi wisudawati terbaik.
Sejak terbiasa membasuh kaki orang
tua, segala urusan di beri kemudahan,” akunya. Bahkan impian yang slalu
diharapkannya bisa dicapai dengan mudah. Pengalaman itulah yang membuatnya
terus melakukan membasuh kaki dan meminum airnya.
Novi tak kwatir terkena penyakit,
sebab air yang dibasuh tidak kotor. Apalagi bapaknya sudah juga sudah melakukan
hal itu dari dulu. Setiap hendak merantau, tak lupa membawa sangu air basuhan
orang tuanya dan tidak ada sakit karenanya.
Kendati demikian, mahasiswa
berkacamata itu tak sepenuhnya mengandalkan keberkahan air basuhan kaki ibu.
Belajar harus tetap dilakukan. “Kebiasaan saya mengulang pelajaran, sehingga
selalu ingat,” tuturnya.
Baginya kegigihan belajar juga
menjadi faktor utama dalam meraih kesuksesan. Sebab, doa tampa usah sia-sia.
“Selain itu, doa dari sang juga tak bisa dipisahkan,” akunya.
Selain Novi,wisudawati terbaik
lainnya adalah Ira Indriyani mahasisw indri Prodi Rekam Medik jurusan
Kesehatan. Meskipun terlahir sebagai anak sopir, Ira tak menyerah untuk
melanjutkan studi, bahkan merai IP tertinggi,yakni 3,99. “IP teringgi tertinggi
itu bekal administrasi bekerja,’’ akunya.
Perempuan kelahiran Situbondo, 27
April 1994 merupakan mahasiswa program Bidikmisi. Dia tidak percaya akan meraih
IP tertinggi. “Saya menerapkan metode belajar sendiri yakni membentuk klub,
namanya Belajar Bareng Maknyus (BBM),: akunya.
Diakuinya, belajar bersama lebih
memudahkan memahami materi kuliah. Sebab dilakukan dengan cara enjoy tapi
serius. Sejak SMA, Ira sudah terbiasa membentuk kelompok dan dilanjutkan sampai
sekarang.
Tak hanya itu, bila waktu liburan
tiba, Ira harus berkorban tidak pulang ke rumahnya. Justru mengahabiskan waktu
di rumah kos untuk belajar. Dia harus bertahan di tengah – tengah kesepian,
sebab teman –teman lainnya pulang. Pengorbanan itu rupanya membuahkan hasil
berupa IP teringgi. “Seminggu sebelum ujian sudah belajar dulu,” ujarnya.
Ira menilai momentum ujian menjadi
wadah untuk menguji kemampuannya dalam memahami materi. Sebab, ketika ujian,
mahasiswa diminta untuk mengingat materi dalam waktu singkat. Sehingga
membutuhkan persiapan matang.
Tak hanya itu, setiap tengah malam,
Ira harus bangun dan melawan rasa kantukj. Dia membuka ulang materi mata kuliah
yang disampaikan dosennya. Sehingga daya ingtannya cukup kuat karena sering
mengulang pelajaran. “Kuncinya harus melawan rasa malas,” pungkasnya. (cl/hdi)
Sumber
: JP – RJ – Sabtu 5 agustus 2017
Komentar
Posting Komentar