Inovasi Baru Bunga Mawar yang Diolah Jadi Sirup dan Teh
Tes Awal
Kecut dan pahit, setelaha Diolah Jadi Segar
Kuliah Kerja Nyata (KKN) sejatinya tidak sekedar
menjadi rutinitas yang mesti dilakukan mahasisiwa sebelum lulus. Dua orang
mahasiswa Unej dari fakultas yang berbeda, membuktikannya dengan menghasilkan
temuan atas produk pertaniana yang selama ini hanya dijual dengan harga rendah,
bunga mawar.
ADI FAIZIN, Sukorambi
DESA Karangpring
yang ada di Kecamatan Sukorambi selama ini dikenal sebagai salah satu sentra
penghasil bunga mawar. Terletak sejauh sekitar 15 kilometer dari pusat kota
Jember, keterpincilan desa ini bertambah dengan fasilitas jalan yang cukup
banyak mengalami kerusakan. Selama bertahun-tahun, warga Desa Karangpring
banyak membudidayakan bunga mawar dilahan pertanian merka.
Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Sukorambi,
tercatat sekitar 130 warga Desa Karangpring yang membudidayakan bunga yang
identik dengan harumnya dan durinya itu. Dengan total luas lahan sekitar 50
hektare yang ditanam bunga mawar, setiap dua hari bias dipanen antara 1,5 ton
hingga 2 ton bunga mawar.
Sayangnya, komoditas bunga mawar selama ini hanya
dijual dalam bentuk mentah. Antara lain untuk keperluan para peziarah kubur.
Selain harganya rendah, menjual bunga
mawar dalam kondisi segar untuk keperluan ziarah kubur juga mengalami
banyak penurunan. Sebab, bunga mawar banyak terbuang karena busuk. “Dari
seluruh hasil panen bunga mawar, mungkin hanya ada separonya saja yang bias
sampai terjual,” tutur Aulia Mutiah, 22, warga Dusun Karangpring, Desa
Karangpring yang merupakan petani bunga mawar.
Petani bunga mawar seperti Aulia biasanya menjual
bunga mawar segar kepada pedagang ataupun langsung menjual di Pasar Tanjung.
Harganya pun fluktuatif. Jika menjelang Lebaran, harga bunga mawar bias
melonjak di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu, per kemasan yang dibungkus
plastik besar.
Namun pada hari-hari biasa, harganya jatuh hingga
hanya di kisaran Rp 10 ribu hinmgga Rp 15 ribu untuk kemasan yang sam. “Kami
biasanya menjual ditaruh didalam kresek. Tidak tahu berapa beratnya,” ujar
Aulia dengan polos.
Kondisi itu langsung disadari oleh dua mahasiswa
Universitas Jember yang sedang menjalankan tugas masa pengabdian masyarakat
berupa Kuliah Kerja Nyata.
Keduanya, yakni Hazmi Dwinda Nurqistan dan Novia Ika
Juliana, adalah bagian dari beralasan mahasiswa Unej yang sedang menjalani masa
KKn di Desa Karangpring, sejak beberapa hari yang lalu. Keduanya berasal dari
fakultas yang berbeda.
“Waktu kita baru dating kesini, kita dapat curhatan
dari nperangkat desa mengenai kondisi pertanian bunga mawar disini yang masih
tertinggal,” tutur Hazmi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unej semester VII.
Berkat ilmu kedokteran yang ditekuninya, Hazmi
berkolaborasi dengan Novia yang berlatar be;akan Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian. Mereka mencoba mengolah bungta mawar segar menjadi produk olahan
minuman. Tentu saja, upaya mereka tidak angsung berhasil. Mereka harus beberapa
kali bolak-balik ke kampus selama masa KKn, untuk mengji dan meneliti racikan
produk olahan mereka ini. Setelah melewati beberapa kali uji klinis
dilaboratium yang ada di Fakultas Pertanian Unej, mereka kemudian menemukan
sirup dan teh, yang keduanya berbahan dasar bunga mawar segar.
“Waktu awal-awal kita buat, rasanya masih kecut dan
pahit. Tidak senikmat ini. Lalu kita tambahkan asam sitrat dengan kadar
tertentu, sehingga bias nikmat untuk diminum,” tukas Novia.
Saat ini, mereka masih menunggu uji nklinis lebih
lanjut untuk lebih memastikan kandungan gizi dalam nproduk olahan mereka. Meski
demikian, menurut Hazmi, teh dan sirup mawar hasil kreasi mereka aman
dikonsumsi, bahkan membawa khasiat kesehatan.
“Kebiasaan masyarakat disini, kalau sakit, suka minum
air putih yang dicampur bunga mawar. Karena memang secara medis, bunga mawar
itu mengandung senyawa anti-tusif yang berkhasiat menyembuhkan sakit batuk,”
jelas alumnus SMAN 1 Jember ini.
Selain uji klinis tingkat lanjut, saat ini mereka juga
masih menantikan proses pengurusan paten yang rencananya akan dibantu oleh
pihak kampus.
Namun harapan terbesar mereka, produk olahan sirup dan
teh bunga mawar ini bias membawa manfaat ekonomis bagi warga Desa Karangpring
dan sekitarnya.
“Selain juga memperkenalkan Desa Karangpring. Semoga
saja, dengan produk olahan ini bias meningkatkan kesejahteraan petani,” harap
Novia.
Inovasi dari dua mahasiswa Unej ini, tentu sja
mendapat apresiasi dari perangkat pemerintah setempat. Camat Sukorambi Bambang
Rudianto mengakui, saat ini pihaknya sedang berupaya meningkatkan nilai
ekonomis dari bunga mawar yang ada diwilayah kerjanya.
“Karena kalau Cuma dijual secara raw-material atau
mentah, kasihan warganya. Alhamdulillah, kita cukup terbantu dengan inovasi
anak-anak Unej ini,” tutur pria yang akrab disapa Rudi ini.
Lebih lanjut, Rudi juga berjanji akan menindak lanjuti
secara serius inovasi teh dan sirup
bunga mawar ini. “Kita sudah survei ke warga
yang selama turun-temurun membudidayakan bunga mawar ini. Juga
penjajakan pasar sedang dilakukan. Semoga ini menjadi awal kebangkitan dari
petani bunga mawar di wilayah kami,”
tutur pria yang sebelumnya menjadi Kabid Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial
Jember ini. (cl/hdi)
Sumber: JP-RJ-Selasa
22 Agustus 2017
Ditulis ulang oleh : (AF)
Komentar
Posting Komentar