Dokter Rochim, Suami Bupati Jember yang Ikut Haji Tahun Ini

Lebih Suka Bawa Kanebo Dibanding Handuk 

 Berangkat haji tak perlu berlebihan. Karena ibadah yang satu ini, hanya orang pilihan yang berkesempatan memenuhi rukun Islam kelima. Seperti yang dilakukan Dokter Rochim, calon jamaah haji yang berangkat dengan kesederhanaan.


RULLY EFENDI, Jember
 
DIA suami Bupati Faida. Namanya drg Abdul Rochim. Pria yang lahir 30 April 1958 ini tercatat sebagai salah satu calon jamaah haji. Saat ditanya, dia mengaku anggota kloter 26. Dan pada Kamis (3/8) kemarin, rombongan diberangkatan dari jember.

Tidak ada yang istimewa dari persiapan Dokter Rochim. Tamu yang dating pun tidak banyak. Bahkan, satpol PP penjaga Pendopo Bupati Jember, tidak tahu suami ‘bosnya`akan berangkat haji di kamis kemarin. Mereka baru tahu, setelah Dokter Rochim mulai beroamitan oadanya.

Maklum saja, koper yang dibawa dokter dua orang anak itu, hanya ala kadarnya. Saat Jawa Pos Radar Jember berkesempatan bertemu dengannya, juga sempat dibuat kaget. Sebab isi di dalam koper tak wajar seperti calon jamaah haji lainnya. Bahkan ada sebuah kanebo yang biasa di buat untuk mengelap mobil yang habis di buat untuk ngelap mobil yang habis dicuci.

Saat ditanya, Dokter Rochim menjawabnya dengan santai. Katanya, kanebo kuning berukuran 60 centimeter persegi itu, dia bawa untuk pengganti handuk.Dia menila lebih efisien menggunakan kanebo, ketimbang handuk yang pasti bau saat mulai mamel. ‘’kalau kanebo,semakin mamel semakin bagus,” selorohya.

 Selain kanebo, karet hitam berukuran 10 centimeter persegi yang bentuknya bergerigi,juga ada diantara barang bawaannya untuk mengganti fungsi sisir.”Selain itu, ini juga enak untuk alat pijat,” imbuhnya.
Tidak selesai disana. Rupanya Dokter Rochim, juga punya cara unik supaya barang bawaannya muat meskii dengan koper tak begitu besar. Caranya, setiap pakaian yang dia bawa dia gulung. Tidak dilipat seperti biasanya. “Bawa baju juga tidak perlu berlebih,” sarannya.

Sepeti barang yang dia bawa. Sarung dan gamis, hanya cukup memebawa satu. Baju berkerah dan kaus juga satu. Baju koko dan celana, masing-masing dua. Kaus dalam cukup tiga. Baru untuk celana dalam, dia membawa 6 potong. “ Disana (arab Saudi,Red), cuci baju dua jam saja sudah kering,” akunya.

Bukan hanya soal pakaian yang  diperingkas. Buku panduan haji yang semula 271 halaman, dia rangkum hanya menjadi 5 lembar dengan 10 halaman. Praktis. Bahkan, memudahkan dia membaca doa-doa penting saat berhaji. “uang saku juga tidak perlu berlebih,’’ pintanya.

Sebab selain jatah makan sudah disediakan pihak pengelola haji, para calon jamaah haji juga berhak menerima uang pengembalian pemerintah. Seperti, dana untuk biaya hidup sampai 1.300 real. Belum lagi masih ada pengembalian biaya paspor, sekitar 350 real. “semisal masih ingin masih beli makan sendiri, disana juga murah,” katanya.

 Pengalaman itu, karena Dokter Rochim sebelumnya sudah dua kali berangkat haji. Pertama di tahun 2000 saat dia masih jadi dosen di Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Setelah itu, berangkat keduanya dari Banyuwangi ditahun 2002. Selain itu, setiap tahun dia berangkat umrah.

Berangkat umrah, dia juga tidak pernah mengeluarkan biaya mahal. Sekali berangkat, cukup menyediakan uang trasportasi pergi pulang ke Arab Saudi, Rp 18 jutaan. Biaya itu murah, karena dia berangkat sebagai jamaah umrah backpacker.

Diapun mengajak masyarakat, supaya tidak takut punya niat naik haji. Sebab faktanya, berangkat berhaji juga bisa dengan biaya pas-pasan. “Yang mahal itu biaya selamatan yang berlebihan,” ujarnya. Padahal katanya, haji itu ibadah yang pasti di jamin keselamatannya oleh Allah. (c1/hdi)
JP - RJ - Jumat 4 Agustus 2017

Komentar

Postingan Populer