Melukis Pohon, Kreativitas Anak Muda Yang Tak Mengenal Media




Seru karena Media Kasar dan Bergelombang

Melukis di kertas atau kanvas sudah biasa. Membuat mural di dinding kosong, juga banyak di temukan. Namun kreasi sekelompok pemuda – pemdudi Jember ini termasuk baru : melukis di batang pohon. Bagaimana prosesnya ?

 LINTANG ANIS BENA K, Jember

MALAM  semakin larut. Namun jalanan di kawasan kampus masih penuh dengan lalu lalang kendaraan. Belum lagi anak – anak muda yang nongkrong di pinggir jalan, hanya sekedar mengahabiskan waktu sebelum mengakhiri hari yang panjang. Termasuk sekelompok pemuda – pemudi yang berkumpul di ujung Jalan Jawa, tepat di depan kantor Dinas Pariwisata Jember.


Anak – anak muda ini mengahbiskan malam dengan cara berbeda  dari masyarakat umumnya : mengecat pepohonan. Tak butuh waktu lama, tak kurang lima pohon di pinggir Jalan Jawa sudah penuhdengan mural warna – warni. Gambarnya pun beragam, mulai dari pemandangan sampai kalimat khas jemberan.

Inisiatif ini dating dari kelompok pemuda yang tergabung dalam Komunitas Pelukis Jember (KPJ) serta Penahitam Jember. Sekitar belasan pemuda dan pemudi asyik menarikan kuas di tangan mereka, dengan batang pohon sebagai medianya.

Salah satunya adalah Sri Utami atau akrab disapa Tammy. Mahasiswa Jember Fakultas Sastra Universitas Jember ini mengungkapkan, ini pertama kalinya ada kegiatan melukis di batang pohon. “Malah kayaknya ini pertama kali di Jember, bahkan di kota – kota lain juga belum ada,” ujarnya.

Dirinya mengaku sempat terkejut ketika mendapat tawaran dari salah satu seorang rekannya di KPJ untuk melukis mural di batang pohon, tepatnya di depan Dinas Pariwisata. “Kalau melukis di tembok kan sudah biasa, ini pohon,” lanjut Tammy.

Ini menjadi pengalaman baru bagi Tammy dan anggota komunitas lainnya. Pasalnya, melukis di pohon itu ternyapa gampang – gampang susah. “Permukaan pohon itu teksturnya kasar dan bergelombang, berbeda dengan tembok yang relative halus. Jadi proses melukisnya juga cukup berbeda,” ujar gadis asal Samarinda itu.

Namun begitu dirinya cukup menikmati proses tersebut. Apa lagi ada pengalaman baru yang bisa di dapat, dan bisa saling sharing mengenai teknik – teknik yang di pakai oleh rekan yang lain. “Sesuai dengan visi komunitas KPJ serta Penahitam, kami belajar dan sharing  bareng untuk berkreasi,” tegasnya.

Tak ada alat khusus yang di persiapkan oleh Timmy dkk. Cat yang di gunakan pun berupa cat tembok, namun dengan kualitas di atas rata – rata. Selama dua hariproses pengecatan, mereka menyupplai tak kurang dari sembilan kaleng cat. “Cat warna – warni ada sekitar Sembilan kaleng, kemudian ditambah satu kaleng besar cat putih untuk dasar serta pencampuran warna,” terang gadis berkacamata ini.

Setelah dirasa menemukan warna dan sketsa yang pas, masing – masing artis langsung berkarya mengeluarkan kretivitas mereka. Tammy dan kawan – kawannya tak mematok tema tertentu. “Masing – masing pelukisnya punya gaya sendiri – sendiri, jadi terserah apa mau menggambar apa. Yang penting warna warni,” selorohnya.

Berangkat dari aktivitas ini, Tammy ingin sumbangsih para pelukis ini bisa memperindah kota Jember. Selain itu juga bisa menarik perhatian masyarakat, sehingga kawasan ini bisa menjadi lain daripada yang lain. “Jadi jalanan ini bisa lebih wah dan beda dari kawasan lainnya,” tandasnya.

Selain melukis, Komunitas Penahitam Jember yang dibentuk sejak akhir 2016 lalu ni juga banyak terlibat aktif dalam kegiatan seni lainnya, seperti musik. Tak jarang anggotanya berkumpul disatu lokasi untuk diskusi serta menggambar on the spot.

“Jadi kita tentukan temanya apa, kemudian kita gamabar saat itu juga. Nanti kita bahas hasil ilustrasi teman – teman. Rata – rata anggotanya belajar secara otodidak, jadi kalau ada ilmu baru kita pelajari bersama – sama,” papar gadis kelahiran 4 Desmber 1992 terebut.

Kreativitas yang mereka lakukan, kata dia, juga terbuka untuk siapapun, bukan untuk diri sendiri ataupun untuk tujuan komersil. Apabila ada kesempatan untuk menyalurkan bakat, Tammy dkk tak ragu – ragu untuk berpartisipasi dalam aktivitas apapun.

Apalagi, saat ini kegiatan menggambar tak lagi di pandang sebelah mata. Tammy mengaku banyak mendapat pertanyaan mengenai masa depan pelukis, dari orang – orang yang masih memiliki mind set  jonvensional. “Kadang ditanya, kalau kuliahnya jurusan desain grafis atau illustrator, mau kerja apa,” katanya.

Padahal di era globalisasi saat ini, kesempatan pada illustrator sangat terbuka lebar. Karena itu melalui beragam pertunjukan seni, salah satunya lewat melukis pohon ini, dirinya ingin menunjukkan karya mereka ke masyarakat. “Ini lho karya murni kami, di dalamnya terdappat puluhan bahkan ratusan ide yang harganya tidak ternilai,” pungkasnya. (ras)

Sumber : JP – RJ – Senin 7 Agustus 2017

Komentar

Postingan Populer