Kisah M. Afifurrohman, Lima Menit Jadi Sopir Jokowi
Mengaku Menyesal karena Nggak Sempat
Salaman
Seperti
apa rasanya mendadak jadi sopir presiden? Pasti campur baur. Ada bangga,
tegang, nervous dan pasti gugup.
Itulah yang dirasakan M. Afifurrohman, santri Pondok Pesantren Nurul Islam,
Antirogo, Sumbersari yang didapuk oleh kiai menjadi sopir presiden saat mencoba
mobil karya santri.
BAGUS
SUPRIADI, Jember.
MEMANG, bukan mobil Mercy mewah itu yang
disopiri Afif. Hanya mobil karya santri pondok. Sebuah mobil bertenaga listrik
rakitan anak – anak SMK Nurul Islam (NURIS) Jurusan Teknik Kendaraan Ringan
(TKR).
Mobil
itu sangat sederhana. Namun, mobil yang dinamai mobil nuris (Moris) itu menjadi
kebanggaan pondok. Tak jika mobil itu acap dipamerkan kepada para tamu. Mereka
juga disilahkan mencoba menaikinya. Termasuk para menteri yang dulu pernah
dating ke pondok.
Afif
memang sudah langganan menyopiri orang penting yang naik mobil itu. Tak heran
jika Kiai Muhyidin Abdushomad pengasuh pondok sangat percaya kepada Afif untuk
menjadi sopir para tokoh maupun penjabat yang naik Moris.
Selama
ini semua baik – baik saja. Afif bisa mengatasi nervous – nya. Pun ketika dia diminta menjadi sopir saat Menteri
BUMN Rini Soemarno. Termasuk saat Rais Aam PBNU Kiai Makruf Amin menjajal mobil
beberapa waktu lalu.
Namun
beda kali ini. Belum – belum Afif sudah merasa tegang. Jumat pagi, sehari
sebelum Presiden Jokowi datang ke pesantren Nuris, Afif dipanggil Kiai
Muhyiddin Abdusshomad. Dia diingatkan agar tidak berpergian kemana – mana dan
mempersiapkan Moris. Sebab aka nada tamu istimewa dating ke ponpes tempatnya
belajar. “Saya masih belum tahu siapa yang akan datang,” ucapnya.
Nah,
setelah kembali ke kamar, di mendengar rasan – rasan teman – temannya tentang
kabar Jokowi akan berkunjung ke Nuris. Tak percaya, Afif menanyakan kebenaran
kabar itu. Meski masiih simpang siur, dia mulai merasa resah.
Afif
penasaran. Dia pun mencari tahu kebenaran kabar itu. Ketika mendapatkan
informasi yang benar bahwa Presiden Jokowi akan datang ke Nuris, Afif malah
semakin nervous. “Saya kaget dan ndredeg. Malam harinya saya gak bisa
tidur karena kepikiran,” aku remaja kelahiran 14 Januari 2000 itu.
Bingung,
resah, senang semua bercampur baur. Seperti mimpi bakal nyopiri presiden. Dia
lantas membayangkan yang bukan – bukan. Jangan – jangan nanti mobilnya mogok
atau ngadat. Perasaan Afif semakin tak karuan. Dia benar – benar gugup karena
akan menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Sabtu
pagi harinya, Afif bersama temannya mencuci Moris dan memperbaiki kendaraan
yang dibuat oleh timnya di SMK Nuris itu. Tak lama kemudian, Pasukan Pengaman
Presiden (Paspampres) datang untuk melakukan geladi bersih.
Saat
itulah, Afif diminta mencoba Moris mondar – mandir di dalam ponpebanyak lima
kali. Namun, Paspampres belum memastikan Jokowi akan naik mobil karya santri
tersebut.
Usai
gelada bersih, Afif stand by di
mobilnya. Afif memakai seragam SMK dan kopiah hitam. Moris sudah di parker di ndalem Kiai Muhyiddin dan dipajang
besrta kreasi santri lainnya, seperti mobil gokart.
Sekitar
pukul 15.30 iringan mobil kepresidenan membuat Afif semakin ndredeg. Meski sekali lagi, belum ada kepastian Jokowi akan
menaiki Moris. Namun, Afif tetap setia menanti.
Tak
berapa lama Presiden datang dan langsung menuju kediaman Kiai Muhyiddin. Afif
semakin tegang. Orang satu di republic ini benar – benar sudah ada
dihadapannya. Pikiran Afif bekecambuk.
Usai
berbincang sebentar, Kiai Muhyiddin lantas menunjukan karya santri. Saat
itulah, Presiden ingin menaiki Moris. Afif tak bisa berkata – kata. Mulutnya
terkatup rapat. Dia berusaha melaksanakan dhawuh
kiai sebaik mungkin. Nyopiri Moris membawa Jokowi, Kiai Muhyiddin, dan Gus
Robith Qosidi. “Pertama naik tegang karena langsung dengan Pak Jokowi,” akunya.
Sementara
ribuan santri berteriak memangil Jokowi. Afif terlihat semakin tegang. Dia
tampak sangat berhati – hati mengendarai Moris. Meskipun tidak lama, saking
tegangnya, keringat mengucur. “Cuma sekitar lima menit, jaraknya sekitar 300
meter,” ucapnya.
Begitu
selesai menjalankan tugas mulianya itu, Afif benar – benar merasa plong. Dengan
polos, dia pun langsung berujar, seandainya diminta menjadi sopir beneran, Afif
mengaku sanggup. Tapi, ada satu penyesalan yang sampai kini terus menggelanyut
di pikirannya. Tak sempat salaman dengan Jokowi. “Sampai sekarang masih
kepikiran nggak salaman,” ucapnya.
Ya,
Afif mengaku sangat tegang. Sehingga, meski orang nomor satu di republic ini
sudah ada disampingnya, tatapan mata terus fokus kedepan. Tangannya erat
memegang kemudi. Hingga, meski tinggal mengulurkan saja tangan kanannya ke
samping, Afif sampai nggak kepikiran!
(cl/ras)
Sumber : JP – RJ – Senin 14 Agustus
2017
DISUSUN ULANG OLEH : FAUZI
Komentar
Posting Komentar