Ma’had Putri Al-Khozini Benteng Mahasiswa Dari Pergaulan Bebas
Ajarkan Ilmu Keagamaan, juga
Kembangkan Keterampilan
Tantangan
mahasiswa ke depan cukup berat, mulai dari pergaulan bebas, teknologi dan
gerakan radikalisme. Pesantren menjadi wadah yang cukup aman agar tidak
terpengaruh dengan kegiatan negative tersebut.
BAGUS
SUPRIADI, Jember
MA’HAD Putri Al-Khozini baru berdiri di
perumahan Sura Milenia Blok C3/01 Mangli Jember, beberapa hari yang lalu.
Namun, mahasiswa IAIN Jember yang hendak belajar ditempat tersebut mulai
bermunculan. Mereka ingin belajar banyak hal, mulai dari tata boga,
jurnalistik, dan menjahit.
“Kami
mendirikan pesantren untuk syiar Islam dan memperkuat program santrinisasi
mahasiswa,” kata Muhammad Khozin, pendiri dan pengasuh b{utri Al-Khozini.
Tujuannya, untuk membentengi mahasiswa dari kegiatan yang bertentangan dengan
nilai – nilai keislaman dan keindonesiaan.
Mayoritas
mahasiswa IAIN Jember merupakan alumni pesantren dari berbagai daerah. Ketika
santri digembleng dengan ketat untuk mandiri, disiplin dan bertanggung jawab,
kemudian masuk dunia kampus, adptasinya cukup berat. Sehingga Ma’had ini bisa
menjadi wadah adaptasi mahasiswa. “Amaliah pesantren tetap dipertahankan,
khazanah keilmuan bisa tetap diperkuat,” jelas alumnus pascasarjana di
Universitas Malay Malaysia tersebut.
Untuk
itu, ma’had tersebut mencoba untuk mengolaborasikan keilmuan dikampus dan
pesantren. Sehingga bisa belajar secara maksimal dan tidak terpengaruh kegiatan
negative. “Kami ingin mencetak mahasiswa memiliki keimanan dan keilmuan yang
kuat,” ucapnya.
Apalgi,
ma’had tersebut berad dikawasan kampus IAIN Jember. Sehingga cukup terjangkau
bagi mereka, baik jalan kaki maupun menggunakan sepeda motor. “Tempatnya
nyaman, juga ada pinjaman sepeda onthel di dalamnya,” terang alumni Ponpes
Nurul Jadid tersebut.
Sementara,
kata mantan aktivis PMII tersebut, masih ada 20 kamar yang disediakan bagi para
mahasiswi, 13 kamar lagi masih dalam proses pembangunan. Daya tamping satu
kamar bisa diisi maksimal enam orang. “Sudah ada belasan pelajar yang tinggal
disini,” akunya.
Di
sana, mereka bisa belajar memadukan ilmu umujm yang diperoleh di kampus dan
memperkuat ilmu keagamaan di pesantren. Yakni melalui pengajian kitab kuning
setiap harinya. Mulai dari kajian kitab fiqih
dan hadist dan aswaja “Mereka
juga bisa shalat berjmaah dan istighosah,”
ujarnya.
Kitab
yang dikaji dalam pembelajarannya meliputi Fath al-Qarib Arba’in Nawawi dan
A’malul Yaum. Sehingga tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan negative.
Karena sudah dijadwal kegiatan yang harus diikuti. “Di dalam pesantren kami
menyediakan akses televise, wifi, musala kantin dan lainnya,” paparnya.
Menariknya,
para santri di ma’had tersebut juga ditempa agar memiliki keterampilan yang
unggul. Mulai dari kemampuan jurnalistik, tata boga, dan menjahit. Sehingga
ketika lulus sudah bisa mandiri dengan keterampilannya.
Alat-alatnya,
lanjut suami dari Nur Wahdiah tersebut sudah tersedia. Begitu juga dengan
trainer yang akan mendidik santri untuk belajar memasak. Mereka akan diberi
keterampilan dalam mengembangkan bakatnya, mulai dari menjahit, tata boga, dan
jurnalitik.
Kemudian,
santri juga difasilitasi untuk mengembangkan kemampuannya, yakni bahasa Arab
dan bahasa Inggris. Setiap seminggu dua kali setelah waktu magrib, mereka di
latih untuk menguasai dua bahasa tersebut.
Melalui
kegiatan itu. Khozin berharap agar mahasiswa yang belajar di tempat tersebut
tetap mengikuti perkembangn zaman. Kemudian siap terjun di masyarakat dengan
kemampuan yang memadai. (cl/hdi)
Sumber :
JP-RJ- Selasa 15 Agustus 2017
Disusun
kembali oleh : fauzi.
Komentar
Posting Komentar