Mahasiswa Unej Inisiasi Pusat oleh – oleh Khas Payangan



Setelah Di – Packing, Harga Naik Dua Kali Lipat

Nama Pantai Payangan makin terkenal dan menasional saat munculnya Teluk Love. Sejauh ini masyarakat  masih kesulitan mencari oleh – oleh khas. Namun, kini masyarakat sudah memiliki outlet yang bias digunakan untuk lebih mengenalkan Payangan melalui oleh – oleh khas setempat.



RANGGA MAHARDIKA, Jember

WISATAWAN  yang mengunjungi Pantai Payangan yang ada di desa Sumberojo, Ambulu, pasti akan terpesona dengan keindahan alamnya, utamanya Teluk Love yang sedang booming  itu. Namun, sejumlah wisatawan baik mancanegara maupun local pasti menemukan hal yang dirasa masih mengganjal dan belum ditemukan di lokasi tersebut.

“Pasti wisatawan akan mengeluh kesulitan mencari oleh – oleh Khas Payangan,” ucap Rizky Akbarul, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Jember. Dari keprihatinan inilah, dirinyabersama empat rekannya Mas Almalaiyah, Fatimatus Zahro, Aisyah Wulansari dan Viona Reza Maulinda pun tergerak untuk membantu masyarakat.

Mereka pun selama beberapa minggu harus melakukan riset apa yang pas untuk dijadikan oleh – oleh di masyarakat sehingga bias menjadi cirri khas bagi masyarakat sekitar.

Akhirnya mereka pun menemukan sejumlah sumberdaya yang melimpah namun kurang dioptimalkan oleh masyarakat yakni terasi dan petis.

Selama ini, masyarakat sekitar menjual ikan hasil tangkapan, terasi dan petis dengan cara kiloan pada tengkulak atau nelayan yang ada di tempat pelelangan ikan di Puger yang lebih terkenal hasil wisata baharinya. Padahal, dari nelayan Payangan sendiri, hasil ikan mereka juga melimpah.

Hal inilah yang kemudian di bidik oleh mahasiswa kreatif ini untuk diperdayakan ke masyarakat. Di mana mereka bertemu dengan istri nelayan Polahsar pada Kelompok Usaha Bersama Mina Jaya. Yakni para istri nelayan yang memang stand by dirumah selama ini. “Jadi selama ini ada perkumpulan ibu – ibu nelayan yang mengolah hasil laut,” ucapnya.

Sejumlah mahasiswa ini pun mulai mendekati ibu – ibu tersebut setiap akhir pecan sekali mendatangi lokasi. “Yang sulit adalah mengubah mindset  mereka. Karena dianggap repot jika harus berubah dari kebiasan lama ( menjual kiloan),” ucap mahasiswa asal Wuluhan ini. Karena selama ini di jual biasah saja sudah dapat rezeki.

Namun, lama – kelamaan mereka pun bias memberikan penjelasan bahwa dengan packing dan di beri brand asli Payangan akan memberikan nilai ekonomis yang lebih. “Jadi kami memberikan pemahaman rinci perbandingan dengan diolah dan tidak diolah lagi,” ucap Amel,  panggilan mas Amaliyah kemarin. Benar saja, coba di -  packing, ternyata harga bisa melonjak lebih dari biasa dijual selama ini. Naik 100 persen alias dua kali lipat dibandingkan jual kiloan.

Bukan hanya terasi dan petis, ibu – ibu ini pun diajari tentang membuat abon ikan dan juga udang goring kering. Selain membuat produk menjadi lebih tahan lama, juga harganya jauh lebih mahal. “Untuk lebih meningkatkan kecintaan masyarakat Payangan kepada produk ini, kami berikan merek produk Cinta Payangan. Sesuai dengan wisata unggulanya Teluk Love,” ucapnya menambahkan.

Pihaknya juga membrikan nilai gizi kepada produk makanan masyarakat setempat sehingga menjadi lebih dipercaya oleh masyarakat. Benar sja, produk tersebut kini ditempatkan dalam outlet bernama Poespa yakni Pusat Oleh – Oleh Khas Payangan yang menampung produk mereka. Jadi wisatawan yang dating pun kini tidak lagi kerepotan untuk mencari oleh – oleh dari Teluk Love.

Para mahasiswa ini emang sudah meninggalkan pendampingan pada masyarakat ini. Namun, mereka berharap ada getok tular yang dilakukan oleh masyarakat sehingga nantinya Poespa ini bukan hanya satu saja, namun di sepanjang jalan Teluk Love. Sehingga membangkitkan ekonomi masyarakat. “Kami inginnya seperti di pantai pasir putih Situbondo. Banyak outlet oleh – oleh yang dikelola masyarakat,” terangnya.

Bukan hanya itu, berkat pengabdian anak – anak ini, mereka mendapatkan penghargaan untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2017 yang akan di selenggarakan di Universitas Muslim Indonesia Makasar pada 23 – 28 Agustus 2017. “ Niat kami sebenarnya membantu masyarakat. Ya Alhamdulillah jika ternyata karya kami diakui,” ucapnya tulus. (cl/ras)

Sumber : JP – RJ – Kamis 10 Agustus 2017

Komentar

Postingan Populer